SENEKO NEWS | KALTIM — "Titik panas merupakan indikator kebakaran hutan atau lahan yang terdeteksi dari suatu lokasi, dengan suhu relatif tinggi dibandingkan dengan suhu di sekitarnya," demikian dijelaskan salah satu Pimnas PKN Pranyoto Ateng, hari ini.
Sebelumnya, badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Balikpapan pada Minggu, 1 Oktober 2023, menyatakan ada sebanyak 100 titik panas yang tersebar di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Sebanyak 100 titik panas ini tersebar di satu kota dan lima kabupaten, kemudian telah diinformasikan ke pihak terkait, termasuk ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota masing-masing agar mendapat penanganan lebih lanjut.
Satu kota dan lima kabupaten yang terdeteksi 100 titik panas ini adalah di Kota Bontang ada satu titik, Kabupaten Paser 23, Penajam Paser Utara 2, Kutai Timur 29, Kutai Kartanegara 36, dan Kabupaten Berau terdeteksi sembilan titik panas.
Rinciannya antara lain di Kabupaten Kutai Kartanegara yang terdeteksi 36 titik panas tersebar di delapan kecamatan yakni Kembang Janggut, Kenohan, Marangkayu, Tabang, Muara Muntai, dan Samboja masing-masing satu titik, kemudian Anggana dua titik, dan Muara Kaman 28 titik dengan tingkat kepercayaan menengah.
Di Kabupaten Paser yang terdeteksi 23 titik panas, tersebar pada tiga kecamatan yakni Batu Engau 16 titik, Long Ikis lima titik, dan Kecamatan Tanjung Harapan dua titik yang semuanya juga memiliki tingkat kepercayaan menengah.
"Kabupaten Berau yang terpantau 9 titik, tersebar di empat kecamatan yakni Batu Putih 2, Biatan 1, Gunung Tabur 1, dan Kecamatan Tabalar terdapat 5 titik. Semuanya juga memiliki tingkat kepercayaan menengah," terang Diyan Novrida, dari BMKG Stasiun Balikpapan, pada Senin,2/10/2023.
Terkait hal tersebut, Pranyoto Ateng Pimnas PKN Ketua Bidang Organisasi menghimbau dan mengajak semua lapisan masyarakat untuk saling menjaga dan waspada, seperti tidak membuang puntung rokok sembarangan, kemudian tidak melakukan pembakaran saat mengelola lahan agar tidak terjadi kebakaran.
"Terutama kebakaran hutan dan lahan (karhutla), semua ini demi menjaga alam Nusantara Di kalimantan timur," pungkasnya. (rl/by)