SENEKO NEWS | JOGJA — Jelang 1 Suro tampak iring-iringan mobil dan sebuah bus tiba di depan Kraton Kilen, kediaman Sultan Hamengku Buwono X. Sejumlah politisi kawakan Anggota DPD RI yang dipimpin Wakil ketua DPD RI Sultan B Najamuddin memasuki halaman Kraton Kilen.
Terlihat beberapa orang polisi dan tenaga security ikut mendampingi, disusul oleh staf asisten, sekretaris, dan tenaga ahli yang jumlahnya hampir 50 orang.
Sultan Hamengku Buwono X atau yang biasa disebut Ngarso Dalem oleh rakyat Jogja terlihat menyambut kedatangan para Senator tersebut di Pendopo Kraton Kilen.
Beliau didampingi oleh GKR Hemas yang juga merupakan Senator Indonesia. GKR Hemas sudah menjabat sebagai Anggota DPD RI sejak tahun 2004 dan siap untuk melanjutkan perjuangan mewakili rakyat Jogja untuk 5 tahun ke depan. Kanjeng Ratu, panggilan beliau, sudah pernah menjadi Wakil Ketua DPD RI selama 2 periode.
Wakil Ketua di DPD Sultan Bachtiar Najamudin yang saat ini mencalonkan diri sebagai ketua DPD berpasangan dengan GKR Hemas dan Yorrys Raweyai menyampaikan apresiasinya atas penerimaan dan jamuan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
Turut hadir Senator yang juga Mantan Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang, Senator Papua Barat Filep Wamafma dan Mamberob Rumakiek, Yorrys Raweyai dari Papua, Anna Latuconsina dari Maluku, Hasan Basri dari Kalimantan Utara, Denty Eka Widi Pratiwi dari Jawa Tengah, dan lebih dari 30 orang Senator lain yang mewakili provinsi masing-masing. Tampak pula sejumlah senator terpilih yang akan mulai menjabat Oktober tahun ini.
Di Jogja, sabtu malam adalah peringatan malam Satu Suro, yang menandai penanggalan baru dalam kalender Jawa. Ini mengisyaratkan bahwa akan ada babak baru dalam perpolitikan di Indonesia.
Dengan adanya Presiden yang baru, semuanya akan berubah, termasuk kepemimpinan di berbagai Lembaga negara di Indonesia. Bangsa Indonesia terus bergerak menuju perbaikan, Ketua Mahkamah Konstitusi sudah berganti, Presiden terpilih sudah ada, demikian juga yang akan terjadi di seluruh lembaga negara. Proses pergantian kepemimpinan adalah hal yang wajar, karena sesungguhnya banyak tokoh-tokoh yang baik dalam perpolitikan di Indonesia.
Jamuan makan siang di Kraton Kilen dirasakan sangat mengikat. Dengan makanan khas Jogja yang sangat lezat dan dikelilingi oleh taman yang memikat pertemuan di Kraton Kilen membawa banyak manfaat. Silaturahmi antara banyak politisi semakin erat. Dengan didampingi gelombang politisi muda yang baru terpilih dan terlihat sangat bersemangat.
Beberapa pembicaraan dilakukan dengan tertutup, tetapi sangat disadari bahwa kolaborasi yang erat antara berbagai provinsi di Indonesia sangat dibutuhkan.
Demikian pula perlunya peningkatan posisi DPD RI dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia, dan reformasi internal di tubuh DPD sendiri. Amandemen Konstitusi untuk DPD RI masih sulit dilakukan, tetapi sangat tidak perlu untuk kembali ke UUD 45 yang lama, yang perlu dilakukan adalah pembenahan pada leven Undang-Undang, di mana UU MD3 harus dipisahkan menjadi UU tentang MPR, UU tentang DPR dan UU tentang DPD.
Jumlah suara yang diperoleh oleh masing-masing Anggota DPD RI dalam pemilu adalah bukti bahwa merekalah yang sebenarnya lebih tepat untuk disebut wakil rakyat, jika dibandingkan dengan Anggota DPR RI. Dasar legitimasi dari Anggota DPD RI jauh lebih kuat. Seorang Anggota DPD RI dari Jawa Barat bahkan dikabarkan mempunyai suara 26 kali lebih banyak dari Anggota DPR.
Para Senator yang diwawancarai dalam pertemuan ini mengatakan bahwa ini adalah perjamuan istimewa, atau silaturahmi sesama anak bangsa. Mereka juga bertukar pikiran dan berbagi pengalaman dengan Sultan Hamengku Buwono 10 yang dianggap lebih Senior dan GKR Hemas yang dipandang sebagai Politisi Nasional berpengalaman.
Menu khas yang sangat nikmat dan suasana di Jogja yang ramai juga menjadi perbincangan. Bukan saja Prambanan Jazz yang tampil sabtu malam, tetapi juga bagaimana Jogja bisa mempertahankan nilai-nilai budaya tradisionalnya dengan bisa memadukan dengan teknologi modern. Ide tentang satu suro sebagai dimulainya masa yang baru sangat dicermati oleh Para Senator. Bagaimana memaknai nilai-nilai spiritual dan tingginya filosofi kebudayaan Indonesia.
Acara perjamuan dan ramah tamah berakhir sekitar pukul 17.00 WIB dengan para staf dan protokol membereskan keperluan para Senator. Polisi dan security sibuk mengatur jalan untuk memberikan keleluasaan bagi para senator mengambil langkah berikutnya. (*)